Green Hotel Sekarang atau Tidak Sama Sekali

Gambar

Saat Charlie Christ, Gubernur Florida, menandatangani sebuah mandate dari eksekutif, untuk mewajibkan setiap penyelenggaraan pertemuan atau konvensi tingkat Negara diadakan di hotel yang berlabel Green Hotel. Ternyata, tanda tangan sang Gubernur Florida di tahun 2007 ini berdampak serius pada industri perhotelan di Negara bagian tersebut.

Seluruh pelaku bisnis perhotelan, berlomba-lomba mendapatkan sertifikat Green Hotel. Alhasil, dibeberapa negara bagian Amerika Serikat tumbuh lembaga-lembaga independen yang secara khusus memberikan sertifikasi “Green Hotel”. Lembaga independen ini pun tidak asal dalam memberikan label ke setiap hotel.

Gambar

Masing-masing lembaga tersebut telah memiliki kriteria ketat dan tersepesialisasi, mulai dari isi kamar hotel, pemanfaatan energi, lampu penerangan hingga kudapan yang akan disantap oleh setiap tetamu hotel. Namun permasalahannya adalah, bukan terletak pada menjamurnya lembaga independen tersebut. Akan tetapi pangsa pasar yang akan berkembang ke sentiment ramah lingkungan atawa Go Green.

Bagi Negara maju, isu Go Gren menjadi isu sensitive, yang dapat berdampak pada tingkat persaingan bisnis. Data dari organisasi pariwisata dunia menyatakan, bahwasannya ekowisata adalah pasar yang memiliki pertumbuhan paling cepat di industri pariwisata. Tingkat pertumbuhannya mencapai 5 persen, dan lebih dari 11 persen para konsumen sengaja mengaggarkan dananya untuk hal tersebut.

Lembaga nonprofit sekelas International Ecotourism Society pun merilis, lebih dari 2/3 wisatawan asal AS dan Australia, serta 90 persen turis asal Inggris lebih mempertimbangkan hotel yang telah berperan aktif terhadap lingkungan dan membantu masyarakat sekitarnya.

Untuk mengetahui, sejauh mana perkembangan, kriteria, dan syarat “Green Hotel” berkelas internasional, berikut ini sumber yang mampu menjadi rujukan bagi para pemilik hotel, hotel management, operator hotel, hingga General Manager Hotel pelaksana harian dalam menjalankan roda bisnis akomodasi yang mulai tersegmentasi ini.

Gambar

www.greenglobecertification.com

Seperti namanya, Green Globe adalah standar umum yang digunakan untuk Green hotel & resort, tour operator, cruise ships, meeting & event, di seluruh dunia. Gren Globe yang bermarkas di Los Angeles, California ini, berdiri sejak tahun 1993 yang telah diakui oleh dunia internasional seperti Eropa, Amerika Latin, Cina, Timur Tengah dan Karibia, dan ratusan hotel telah menjadi anggotanya.

Gren Globe memberikan sertifikasi atas semua produk yang ada di hotel. Untuk menjamin standar berkelas international, Gren Globe menunjuk seorang auditor independen dan pihak ketiga yang telah ditunjuk oleh klien untuk mensertifikasi. Bagi hotel yang telah mendapat sertifikasi dari Gren Globe akan diupdate setiap tahunnya.

Hobbs, auditor bersertifikat untuk Green Globe International mengatakan, orang-orang terbiasa melihat sertifikasi Green Globe di seluruh dunia, merek benar-benar berarti sesuatu untuk wisatawan yang sadar lingkungan. Baru-baru ini, dalam situs resminya, Maya Ubud Resort & Spa, Bali, sebagai anggota Green Globe mendapat penghargaan tertinggi dari Zover Award sebagai “Top Green Destinations’ in the Travel & Tourism industry”.

www.energystar.gov

Gambar

ENERGY STAR adalah US Environmental Protection Agency (EPA) lembaga sukarela yang membantu para bisnis maupun individu dalam hal efisiensi energi yang bertujuan untuk melindungi iklim dan penghematan biaya.

ENERGY STAR didirikan oleh EPA pada tahun 1992, di bawah otoritas Clean Air Act Section 103 (g). Section103 (g) dari Clean Air Act mengarahkan Administrator untuk melakukan penelitian teknik dasar dan program teknologi untuk mengembangkan, mengevaluasi, dan menunjukkan strategi non-peraturan dan teknologi untuk mengurangi polusi udara.

ENERGY STAR memberikan sertifikat kepada ke setiap properti yang telah mampu menghemat energi sebanyak 40 dari bangunan rata-rata, mampu membuang energy karbon hingga 35 persen. Di bawah kepemimpinan EPA, organisasi ini telah melakukan investasi dalam efisiensi energi yang mengubah pasar untuk mempraktikan pemanfaatn efisien, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong perekonomian.

www.greenseal.org

Gambar

Mark Petruzzi, wakil presiden sertifikasi dan strategis hubungan untuk Green Seal, Inc, mengatakan Sertifikasi memerlukan evaluasi awal oleh Green Seal, termasuk audit on-site properti, dan di evaluasi setiap tahunnya. Untuk memenuhi syarat sertifikasi Green Seal, sebuah hotel harus mampu menunjukkan sebuah komitmen seperti, meminimalisir limbah, penggunaan bahan daur ulang, Efisiensi energi, konservasi, Pengelolaan sumber daya air tawar, Pengelolaan air limbah, Manajemen zat berbahaya, dll.

www.ecorooms.com

EcoRooms & EcoSuites adalah satu-satunya program sertifikasi yang diklaim paling ketat oleh pelaku bisnis perhotelan. Berikut ini prasyarat ketika ingin mendapat eco label dari ecorooms, harus menggunakan produk-produk ramah lingkungan mulai dari produk pembersih kamar mandi dan tamu, penggunaan tisu pembersih dan tisu wajah di kamar mandi, memiliki wastafel dengan volume air yang kecil.

Tak hanya itu, setiap hotel harus menarapkan program reuse seprai dan handuk, hotel harus menyediakan tong sampah atau tempat tempat pembuang sampah organik. Lampu hemat energy disetiap sudut, memiiki shower yang mampu mengeluarkan air dengan ukuran 1,5 galon per menit. Dan, satu hal terpenting adalah ruangan yang 100% Bebas Asap Hotel.

www.gbcindonesia.org

Gambar

Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia) adalah lembaga mandiri (non government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan.

GBC Indonesia merupakan Emerging Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 97 negara dan hanya memiliki satu GBC di setiap negara. Saat ini GBC Indonesia dalam tahap penyusunan draft Sistem rating.

Untuk itu telah dipilih nama yang akan digunakan bagi Sistem Rating Indonesia yaitu Greenship, sebuah perangkat penilaian yang disusun oleh GBC Indonesia untuk menentukan apakah suatu bangunan dapat dinyatakan layak bersertifikat “bangunan hijau” atau belum.

Greenship bersifat khas Indonesia seperti halnya perangkat penilaian di setiap negara yang selalu mengakomodasi kepentingan lokal setempat. Penyusunan Greenship ini didukung oleh World Green Building Council, dan dilaksanakan oleh Komisi Rating dari GBCI. Saat ini Greenship dalam tahap penyusunan untuk Bangunan Baru yang akan disusul lagi untuk kategori-kategori bangunan lainnya.

Banyak Jalan Menuju Green Hotel_photo by_www.holidayiq.com

Greenship sebagai sebuah sistem rating terbagi atas enam aspek yang terdiri dari, Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD), Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER), Konservasi Air (Water Conservation/WAC), Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC), Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC), Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management).

Saat ini yang diperlukan adalah tindakan dan karnya nyata untuk menyongsong era pangsa pasar baru. Pasar yang sadar dan bahkan melek akan isu ramah lingkungan. Investasi jangka panjang untuk market anak muda dan keseriusan dalam menjaga ekosistem alam jauh lebih penting dan pasti akan bermanfaat. [Fatkhurrohim]

*silahkan download juga versi e-papper majalah kita di http://issuu.com/eventguidemagz

Follow social media kami di *twitter: @eventguidemagz FB. Majalah MICE

Leave a comment