Ngayogjazz: Meningkatkan Swasembada Jazz di Indonesia

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

[Cover Story] Keseriusan wong Jogja justru terletak pada ‘ketidakseriusannya’. Semua dibikin guyonan. Menertawakan berbagai hal, terutama dirinya sendiri. Musik jazz yang biasanya terkesan elit dan rumit, melalui Ngayogjazz dikemas sedemikian rupa sehingga merakyat dan tetap renyah di telinga. Siapa saja boleh nonton. Tidak perlu wangi dan berdandan rapi. Boleh bersandal jepit dan kalungan sarung. “Di ‘Ngayogjazz’ ini jazz benar-benar merakyat, seperti seni dan budaya masyarakat lainnya. Dalam ‘Ngayogjazz’ ya sama seperti pentas jatilan yang dapat dinikmati semua kalangan masyarakat,” ujar Djaduk Ferianto, penggagas Ngayojazz. “Selama ini pagelaran musik jazz lebih banyak dimanfaatkan pada bisnis dan indutri musik sehingga terkesan eklusif dan hanya kalangan elit yang bisa menikmatinya”.

Hajatan Ngayogjazz 2012 lalu berlangsung di Desa Brayut, Pendowoharjo, Sleman. Panggung pentas berdiri di antara pohon pisang, mangga, rambutan dan lainnya. Para penonton bebas memilih panggung yang disukai namun tetap harus rela berbagi tempat dengan ayam atau entok yang berkeliaran mencari makan. “Jika selama ini orang banyak menilai bahwa jazz hanya dimainkan di tempat-tempat eklusif, maka ‘Ngayogjazz’ ini mementaskan jazz di tengah suasana desa wisata dan dapat dinikmati semua kalangan secara gratis,” tambahnya. Panitia membangun beberapa panggung dengan nama unik dari dunia pertanian seperti Pacul, Luku, Ani-Ani, Caping dan Lesung.

Musisi Djaduk Ferianto tampil membawakan lagu-lagu parodi diiringi Orkes Sinten Remen pada acara 9 Tahun Gelar Budaya Merapi dan pembukaan pameran foto "Sedulur Merapi" di Gubug Selo Merapi desa Mangunsoka, Dukun , Ma

Djaduk Ferianto berkeyakinan, bahwa jazz sebagai musik yang terbuka dan luwes bisa diapresiasi semua lapisan masyarakat dan dapat berbaur dengan kehidupan budaya setempat. Dengan menggandeng WartaJazz, Hattakawa -linkage dan Novindra –beyond the stages, akhirnya Djaduk Ferianto sepakat menelurkan gagasan event jazz festival dengan diberi nama Ngayogjazz.

Event Ngayogjazz dikonsep sebagai sebuah interaksi sosial yang menggunakan media permainan musik jazz. Karena bukan sekedar pertunjukan, Ngayogjazz akan menghilangkan semaksimal mungkin jarak antara pemain di panggung dengan publik penonton sehingga akan benar-benar terwujud interaksi dalam bentuk performance dengan apresiasi spontan. Di event ini musik Jazz juga dipadukan dengan seni musik maupun pertunjukan seni dari tradisi masyarakat setempat dan bersifat “open jam session”. Kemasan demikian menjadikan Ngayogjazz menjadi sebuah festival jazz dalam format unik dibanding festival jazz yang pernah ada.

Ngayogjazz 2012 lalu mengambil tema “Dengan Ngejazz Kita Tingkatkan Swasembada Jazz”. Dengan tema tersebut Djaduk hendak mendorong munculnya musisi-musisi jazz muda di Indonesia. “Selama ini pentas jazz di kota-kota musisi yang tampil hanya itu-itu saja dan lebih mengarah ke bisnis atau mencari keuntungan,” ujarnya. Selama enam kali Ngayogjazz digelar telah banyak lahir musisi muda jazz dari Jogja, Solo, Semarang, Pekalongan, Balikpapan, Pekanbaru dan sebagainya.”Banyak musisi jazz muda yang saat ini telah berani menciptakan lagu sendiri dan banyak memunculkan ide-ide kreatif dalam bermusik. Bahkan ada beberapa yang telah meluncurkan album,” katanya.

Menurut Communications Manager, Hattakawa kepada Event Guide, Ngayogjazz 2012 merupakan konser Jazz keenam yang telah digelar di Yogyakarta. Sebelumnya, selama lima kali berturut-turut, tahun 2007, 2008, 2009, dan awal tahun 2011 (seharusnya tahun 2010 tapi diundur karena bertepatan dengan erupsi Merapi) serta November 2011. “Pagelaran musik NgayogJazz diselenggarakan karena banyak musisi lokal yang memiliki kemampuan luar biasa bagus secara teknik bermain musik Jazz, akan tetapi mereka belum mendapatkan media untuk mengkreasikan kemampuanya. Melalui NgayogJazz ini kami harapkan menjadi satu dari banyak jalan bagi para musisi muda menuju tangga kesuksesan,” kata Hatta

ngayogjazz 2011

Perkembangan jazz di Indonesia sendiri setiap tahunnya berkembang sangat pesat. Ngayogjazz yang mulai diselenggarakan pada tahun 2007 mengalami peningkatan signifikan antara jumlah penampil dan penonton. Berdasarkan keterangan Aji Wartono penyeleggara NgayogJazz 2012 kepada Event Guide dikatakan bahwa, “Pertunjukan November 2012 ini dikemas sedikit berbeda dari tahun sebelumnya. Mulai dari musisi yang tampil, lokasi penyelenggaraannya serta sedikit berbeda dengan kemasan penampilan dan tema.”

Ngayogjazz  2012 dihadiri para musisi jazz nasional dan komunitas Jazz lainnya seperti, ESQI:EF (Syaharani and Queenfireworks), Benny Likumahuwa, Barry Likumahuwa Project, Idang Rasjidi, Irianti Erningpraja, Eramono Soekaryo, Rio Sidik,  Erik Sondhy, Indro Hardjodikoro, Jen Shyu, Toninho Horta, Shadow Puppet, serta tidak ketinggalan para Komunitas Jazz dari berbagai kota seperti Purwokerto, Solo, Semarang, Balikpapan, Salatiga, Lampung, Pekanbaru, Pekalongan, dan kota-kota lainnya. [Cahyo Adji]

*silahkan download juga versi e-papper majalah kita di http://issuu.com/eventguidemagz

*twitter: @eventguidemagz FB. Majalah MICE

Leave a comment